Kamis, 05 April 2012

Gerakan Palang Merah dan HPI


Sejarah Gerakan

Perang Solferino
Pada tanggal 24 Juni 1859 di Solferino, sebuah kota kecil yang terletak di daratan rendah Propinsi
Lambordi, sebelah utara Italia, berlangsung pertempuran sengit antara prajurit Perancis dan
Austria. Pertempuran yang berlangsung sekitar 16 jam dan melibatkan 320.000 orang prajurit itu,
menelan puluhan ribu korban tewas dan luka-luka. Sekitar 40 ribu orang meninggal dalam
pertempuran.
Banyaknya prajurit yang menjadi korban, dimana pertempuran berlangsung antar kelompok yang
saling berhadapan, memang merupakan karakteristik perang yang berlangsung pada jaman itu. Tak
ubahnya seperti pembantaian massal yang menghabisi ribuan orang pada satu waktu. Terlebih lagi,
komandan militer tidak memperhatikan kepentingan orang yang terluka untuk mendapatkan
pertolongan dan perawatan. Mereka hanya dianggap sebagai 'makanan meriam'. Ribuan mayat
tumpang tindih dengan mereka yang terluka tanpa pertolongan. Jumlah ahli bedah pun sangat tidak
mencukupi. Saat itu, hanya ada empat orang dokter hewan yang merawat seribu kuda serta seorang
dokter untuk seribu orang. Pertempuran tersebut pada akhirnya dimenangkan oleh Perancis.
Akibat perang dengan pemandangannya yang sangat mengerikan itu, menggugah Henry Dunant,
seorang pengusaha berkebangsaan Swiss (1828 1910) yang kebetulan lewat dalam perjalanannya
untuk menemui Kaisar Napoleon III guna keperluan bisnis. Namun menyaksikan pemandangan yang
sangat mengerikan akibat pertempuran, membuat kesedihannya muncul dan terlupa akan
tujuannya bertemu dengan kaisar. Dia mengumpulkan orang-orang dari desa-desa sekitarnya, dan
tinggal di sana selama tiga hari untuk dengan sungguh-sungguh menghabiskan waktunya untuk
merawat orang yang terluka.
Ribuan orang yang terluka tanpa perawatan dan dibiarkan mati di tempat karena pelayanan medis
yang tidak mencukupi jumlahnya dan tidak memadai dalam tugas/keterampilan, membuatnya
sangat tergugah. Kata-kata bijaknya yang diungkapkan saat itu, Siamo tutti fratelli (Kita semua
saudara), membuka hati para sukarelawan untuk melayani kawan maupun lawan tanpa
membedakannya.
Komite Internasional
Sekembalinya Dunant ke Swiss, membuatnya terus dihantui oleh mimpi buruk yang disaksikannya di
Solferino. Untuk menghilangkan bayangan buruk dalam pikirannya dan untuk menarik perhatian
dunia akan kenyataan kejamnya perang, ditulisnya sebuah buku dan diterbitkannya dengan biaya
sendiri pada bulan November 1862. Buku itu diberi judul “Kenangan dari Solferino” (Un Souvenir De
Solferino).
Gerakan dan HPI / Modul I
2
Buku itu mengandung dua gagasan penting yaitu:
lPerlunya mendirikan perhimpunan bantuan di setiap negara yang terdiri dari sukarelawan
untuk merawat orang yang terluka pada waktu perang.
lPerlunya kesepakatan internasional guna melindungi prajurit yang terluka dalam medan
perang dan orang-orang yang merawatnya serta memberikan status netral kepada mereka.
Selanjutnya Dunant mengirimkan buku itu kepada keluarga-keluarga terkemuka di Eropa dan juga
para pemimpin militer, politikus, dermawan dan teman-temannya. Usaha itu segera membuahkan
hasil yang tidak terduga. Dunant diundang kemana-mana dan dipuji dimana-mana. Banyak orang
yang tertarik dengan ide Henry Dunant, termasuk Gustave Moynier, seorang pengacara dan juga
ketua dari The Geneva Public Welfare Society (GPWS). Moynier pun mengajak Henry Dunant untuk
mengemukakan idenya dalam pertemuan GPWS yang berlangsung pada 9 Februari 1863 di Jenewa.
ternyata, 160 dari 180 orang anggota GPWS mendukung ide Dunant. Pada saat itu juga ditunjuklah
empat orang anggota GPWS dan dibentuklah KOMITE LIMA untuk memperjuangkan terwujudnya ide
Henry Dunant. Mereka adalah :
1. Gustave Moynier
2. dr. Louis Appia
3. dr. Theodore Maunoir
4. Jenderal Guillame-Hendri Dufour
Adapun Henry Dunant, walaupun bukan anggota GPWS, namun dalam komite tersebut ditunjuk
menjadi sekretaris. Pada tanggal 17 Februari 1863, Komite Lima berganti nama menjadi Komite
Tetap Internasional untuk Pertolongan Prajurit yang Terluka sekaligus mengangkat ketua baru
yaitu jenderal Guillame Henri Dufour.
Pada bulan Oktober 1863, Komite Tetap Internasional untuk Pertolongan Prajurit yang Terluka,
atas bantuan Pemerintah Swiss, berhasil melangsungkan Konferensi Internasional pertama di
Jenewa yang dihadiri perwakilan dari 16 negara (Austria, Baden, Beierem, Belanda, Heseen-
Darmstadt, Inggris, Italia, Norwegia, Prusia, Perancis, Spanyol, Saksen, Swedia, Swiss,
Hannover,dan Hutenberg). Beberapa Negara tersebut saat ini sudah menjadi Negara bagian dari
Jerman.
Adapun hasil dari konferensi tersebut, adalah disepakatinya satu konvensi yang terdiri dari sepuluh
pasal, beberapa diantaranya merupakan pasal krusial yaitu digantinya nama Komite Tetap
Internasional untuk Menolong Prajurit yang Terluka menjadi KOMITE INTERNASIONAL PALANG
MERAH atau ICRC (International Committee of the Red Cross) dan ditetapkannya tanda khusus bagi
sukarelawan yang memberi pertolongan prajurit yang luka di medan pertempuran yaitu Palang
Merah diatas dasar putih.
Pada akhir konferensi internasional 1863, gagasan pertama Dunant untuk membentuk perhimpunan
para sukarelawan di setiap negara pun menjadi kenyataan Beberapa perhimpunan serupa dibentuk
beberapa bulan kemudian setelah konferensi internasional di Wurttemburg, Grand Duchy of
Gerakan dan HPI / Modul I
3
Oldenburg, Belgia dan Prusia. Perhimpunan lain mengikuti seperti di Denmark, Perancis, Italy,
Mecklenburgh-schwerin, Spain, Hamburg dan Hesse. Pada waktu itu mereka disebut sebagai Komite
Nasional atau Perhimpunan Pertolongan.
Selanjutnya, dengan dukungan pemerintah Swiss kembali, diadakanlah Konferensi Diplomatik yang
dilaksanakan di Jenewa pada tanggal 8 sampai 28 Augustus 1864. 16 negara dan empat institusi
donor mengirimkan wakilnya. Sebagai bahan diskusi, sebuah rancangan konvensi disiapkan oleh
Komite Internasional. Rancangan tersebut dinamakan “Konvensi Jenewa untuk memperbaiki kondisi
tentara yang terluka di medan perang” dan disetujui pada tanggal 22 Agustus 1864. Lahirlah HPI
modern. Konvensi itu mewujudkan ide Dunant yang kedua, yaitu untuk memperbaiki situasi prajurit
yang terluka pada saat peperangan dan membuat negara-negara memberikan status netral pada
prajurit yang terluka dan orang-orang yang merawatnya yaitu personil kesehatan.

Rabu, 04 April 2012

PMI Sidrap fasilitasi kegiatan FORFIS

Kamis  4 April 2012 PMI Kabupaten Sidrap mengadakan pertemuan dengan sejumlah perwakilan PMR wira (PMR tingkat SMA) se kabupaten Sidrap di markas PMI kabupaten Sidenreng Rappang. Kegiatan ini dalam rangka pembicaraan terkait kegiatan Forum Remaja Palang Merah Indonesia ( FORPIS ). Dalam kegiatan ini PMI kab. Sidrap memfasilitasi guna keberlanjutan salah satu kegiatan PMR yaitu FORPIS guna terjalinnya komunikasi dan kerja sama yang baik antar anggota PMR dari masing-masing sekolah di Sidrap. Hal ini akan menumbuhkan rasa solidaritas yang tinggi antar remaja sehingga jalannya kegiatan kepalang merahan di sekolah dapat berjalan dengan baik.

Kegiatan ini dalam rangka pembubaran kepengurusan FORPIS periode lalu dan akan dibentuk dan dipilh kembali. Olehnya itu kegiatan ini sangat bermanfaat untuk meneruskan kepemimpinan FORPIS di PMI Sidrap. Di lain sisi FORPIS akan mendidik Remaja palang merah menjadi pemimpin yang baik. Sehingga nantinya akan tercipta Relawan PMI masa depan yang memiliki karakter dan kepemimpinan yang baik yang nantinya akan berguna bagi bangsa dan negara.

Kegiatan ini  diharapkan mampu menghasilkan cikal bakal pemimpin bagi PMR di PMI kab. Sidrap. Sehingga jalur komunikasi dan pembinaan PMR di Sidrap  akan semakin baik. Selain itu dengan terbentuknya kepengurusan baru nantinya diharapkan mampu membuka  cakrawala yang baik kepada sekolah yang selama ini kurang merespon kegiatan PMI. Dengan begitu seluruh sekolah akan kembali mengatifkan dan lebih memperhatkan kegiatan PMR. Selain hal itu, dengan adanya kegiatan FORFIS diharapkan kegiatan PMR akan lebih digiatkan di masing-masing sekolah dan diharapkan seluruh PMR dapat bekerja sama dan melaksanakan kegiatan palang merah secara rutin dan berkesinambungan.

Selasa, 03 April 2012

Pedoman Pelatihan PMR


Palang Merah Remaja merupakan relawan PMI yang harus ditingkatkan dan dikembangkan. Olehnya itu harus diberikan berbagai pedoman dalam pengembangannya.
Pedomannya terdiri dari :
A. Manajemen PMR

B. Materi Pelatihan PMR (Mula-Madya-Wira)
1. Gerakan (Mengenal Gerakan) PMR
2. Pertolongan Pertama
3. Kepemimpinan PMR
4. Donor Darah PMR
5. Remaja Sehat Peduli Sesama PMR
6. Kesehatan Remaja PMR
7. Kesiapsiagaan Bencana PMR

C. Materi Tambahan
1. Buku Saku Pembina PMR
2. Syarat Kecakapan PMR (Markas)
3. Tanda Kecakapan PMR
4. Youth Center
5. Pengurangan Resiko Berbasis Remaja

D. Panduan Fasilitator
1. Gerakan dan Kepemimpinan
2. Pertolongan Pertama, Donor Darah, Kesehatan Remaja, RSPS
3. Ayo Siaga Bencana

E. Syarat Kecakapan
1. Syarak Kecakapan PMR (untuk PMR)

Minggu, 01 April 2012

Konsep Dasar Pembinaan PMR


==Perekrutan PMR==
Langkah awal yang harus diambil dalam membentuk PMR di sekolah yaitu melakukan perekrutan. Dimana perekrutan ini diberikan wewenang kepada  pengurus PMR yang berjalan ataupun Pembina PMR atau pelaksana tugas sementara yang mengurus kegiatan ekstra kurikuler kepalang merahan di sekolah.
 ==Pendidikan dan pelatihan PMR ==
Untuk menjadi anggota palang merah remaja (PMR) di sekolah, harus diadakan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) untuk lebih mengenal apa itu sebenarnya PMR dan sejarahnya mengapa sampai ada di Indonesia, dan pada diklat ini para peserta juga mendapatkan penghargaan dari PMI baik yang berupa sertifikat, Piagam, PIN kecakapan . Dan baru dianggap resmi menjadi anggota palang merah apabila sudah mengikuti seluruh kegiatan yang diadakan oleh palang merah remaja di sekolah.

PMI mengeluarkan kebijakan pembinaan PMR:
# Remaja merupakan prioritas pembinaan, baik dalam keanggotaan maupun kegiatan kepalangmerahan.
# Remaja berperan penting dalam pengembangan kegiatan kepalangmerahan.
# Remaja berperan penting dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan proses pengambilan keputusan untuk kegiatan PMI.
# Remaja adalah kader relawan.
# Remaja calon pemimpin PMI masa depan.

Tujuan pembinaan dan pengembangan PMI masa depan:
# Penguatan kualitas remaja dan pembentukan karakter.
# Anggota PMR sebagai contoh dalam berperilaku hidup sehat bagi teman sebaya.
# Anggota PMR dapat memberikan motivasi bagi teman sebaya untuk berperilaku hidup sehat.
# Anggota PMR sebagai pendidik remaja sebaya.
# Anggota PMR adalah calon relawan masa depan.

==Penugasan dan Kegiatan==
Penugasan dan kegiatan ini terbagi atas berbagai komponen dan bagian yang terkait dengan visi dan misi Palang Merah.  Diantaranya peningkatan kapasitas PMR, Bakti Remaja, dan berbagai kegiatan lainnya.
== Jumbara ==
Jumbara atau Jumpa Bhakti Gembira adalah kegiatan besar organisasi PMR seperti halnya jambore pada organisasi Pramuka. Jumbara diadakan dalam setiap tingkatan. Ada jumbara tingkat kabupaten, daerah (Provinsi) dan Jumbara Nasional. Dimana pelaksanaanya disesuaikan dengan kemampuan PMI daerah yang bersangkutan.  Jumbara rutin dilaksanakan sekali dalam lima tahun baik pada tingkat kabupaten, Provinsi, Maupun tingkat Nasional.
== Tribakti PMR ==
Dalam PMR ada tugas yang harus dilaksanakan, dalam PMR dikenal tri bakti yang harus diketahui, dipahami dan dilaksanakan oleh semua anggota. TRIBAKTI PMR tersebut adalah:
# Berbakti Kepada Masyarakat
# Mempertinggi Mutu Ketrampilan dan Memelihara Kebersihan Serta Kesehatan.
# Mempererat persahabatan nasional dan internasional.

== Tingkatan PMR ==
Di [[Indonesia]] dikenal ada 3 tingkatan PMR sesuai dengan jenjang pendidikan atau usianya
# PMR Mula adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar SD/MI (Sekolah Dasar) (10-12 tahun). Warna syal Hijau
# PMR Madya adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar SMP/MTs (Sekolah Menengah Pertama) (12-15 tahun). Warna syal Biru Langit
# PMR Wira adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar SMA/MA (Sekolah Menengah Atas) (15-17 tahun). Warna syal Kuning

== Prinsip dasar kepalangmerahan ==
Dalam PMR dikenalkan 7 Prinsip Dasar yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh setiap anggotanya. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama"7 Prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional" (''Seven Fundamental Principle of Red cross and Red Crescent'').
# Kemanusiaan
# Kesamaan
# Kenetralan
# Kemandirian
# Kesukarelaan
# Kesatuan
# Kesemestaan

==Pengevaluasian==
Setelah melakukan perekrutan, pelatihan, dan penugasan maka kegiatan selanjutnya yang dilaksanakan yaitu mengevaluasi setiap kegiatan yang telah dilakukan. Langkah ini diambil untuk menguji dan mengetahui ketercapaian kemampuan yang telah dimiliki PMR. Dalam pengevaluasian ini juga diberikan penghargaan berdasarkan kapasitas setiap anggota PMR baik dari segi penguasaan materi PMR maupun pelaksanaan Tribakti.

Kamis, 29 Maret 2012

Fungsi PMI pada Konflik Sosial, Siaga Demo BBM

PMI sebagai organisasi kemanusiaan bukan hanya memberikan bantuan kemanusiaan kepada korban bencana alam dan korban tahanan peperangan. Namun PMI juga memiliki tugas dan fungsi memberikan pelayanan masyarakat dalam hal konflik sosial. Sehubungan dengan hal ini maka PMI mempunyai beban moral terhadap konflik sosial yang terjadi di tengah masyarakat saat ini.

Isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Aksi protes terkait kebijakan pemerintah ini menimbulkan penolakan dari unsur masyarakat dan mahasiswa. Sebagai negara demokratis maka aksi ini diungkapkan lewat aksi unjuk rasa dan aksi demo. Aksi ini terkadang menimbulkan tindakan refresif dari berbagai golongan, baik itu dari polisi sebagai petugas pengamanan maupun dari golongan tertentu.

Akibat adanya pro dan kontra, baik dari segi kebijakan pemerintah terkait wacana menaikkan harga BBM maupun tindak anarkis dan refresif menimbulkan konflik. Konflik sosial inilah yang menjadi peran dan tanggung jawab PMI. Sebagai organisasi kemanusiaan, PMI hanya berperan sebagai pemberi bantuan kepada pihak yang terkena dampak dari konflik sosial ini. Salah satu langkah strategis PMI yaitu memberikan pelayanan kesehatan kepada korban konflik dalam hal ini siaga demo.

Dalam menjalankan tugas tersebut, relawan PMI harus tetap pada menanamkan code on conduct. Identitas wajib untuk dikenakan. dan tetap pada prinsip kenetralan. Terkait hal ini, Kepala Divisi Pelayanan Sosial dan Kesehatan Markas Pusat PMI dr. Lilis Wijaya menyatakan, "Kami tegaskan sekali lagi, bahwa dalam menjalankan tugas kemanusiaannya di lapangan, PMI bersifat NETRAL dan tidak memihak kepada siapapun. Setiap korban yang masuk kedalam ambulans dan menerima layanan ambulans PMI, diperlakukan sebagai korban yang membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan."

Jumat, 23 Maret 2012

Masyarakat Resah, Korban Butuh Bantuan

Sidrap, Korban bencana anging puting beliung senin (19/03/12) mulai resah. Hal ini disebabkan oleh seringnya turun hujan selama tiga hari terakhir pasca kejadian. Hujan biasa turun secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi. Meski frekuensi hujan rendah namun hujan yang sering diikuti oleh angin kencang membuat masyarakat semakin resah. Selain kondisi tersebut, adanya isu yang beredar di tengah masyarakat bahwa akan terjadi angin puting beliung yang lebih dasyat membuat masyarakat semakin panik dan merasa takut.
Kondisi ini sebenarnya tidak boleh dilebih-lebihkan, lantaran akan meresakan masyarakat dan menyebabkan kepanikan. Namun masyarakat harus tatap siaga dan waspada. Masyarakat harus tenang dan jika ada angin sebaiknya berllindung di dalam rumah dan bukannya panik hingga berlarian keluar rumah. Masyarakat sebaiknya tetap tinggal di dalam rumah untuk menghindari angin yang kencang. Masyarakat juga dianjurkan untuk berlindung pada bangunan yang kokoh jika diterjang angin, seperti bangunan yang bermateril batu. Sebaiknya barlindung pada bangunan yang lebih rendah. Ingat! sebaiknya tetap bersama anggota keluarga lainnya. Jika ada yang menderita penyakit dengan kondisi jantung lemah sebaiknya ditenangkan. Jika ada yang mengalami cedera usahakan bawa secepatnya ke pelayanan kesehatan terdekat atau segera meminta pertolongan jika angin telah benar-benar reda. Sekali lagi jangan panik dan tetap tenang!
Hal diatas merupakan bagian dari upaya ‘penyelamtan diri jika terjadi angin yang kencang. Di lain sisi, jumlah korban bencana angin puting belinung senin (19/03/2012) semakin meningkat seiring pendataan Relawan PMI yang terus berlanjut. Saat ini, jumlah rumah yang rusak di Sidrap mencapai 467 unit. Jumlah ini meningkat setelah data dampak kejadian bencana rampung di kecamatan Watang Sidenreng. Data ini akan terus meningkat seiring pendataan yang masih terus berlanjut. Saat ini sebagian masyarakat telah memperbaiki rumahnya yang rusak ringan. Adapun yang mengalami kondisi parah, belum ada tindakan nyata dari korban sendiri, Namun Pemerintah daerah bersama dengan PMI kab. Sidrap telah mendistribusikan bantuan berupa sembako di sejumlah lokasi kejadian. Meski begitu masih banyak korban yang belum mendapat dan tersentuh bantuan akibat minimnya logistik, sedangkan jumlah korban yang sangat tinggi.
Oleh sebab itu, korban saat ini membutuhkan uluran tangan Anda untuk meringankan beban mereka. Anda dapat menyalurkan bantuan Anda melaui PMI di Markas PMI Kabupaten Sidenreng Rappang jalan Ganggawa No.36 Pangkajene Sidrap. Pos 91611, Telp. (0421) 90319. DERITA MEREKA ADALAH BEBAN BERSAMA!!! BEBAN MEREKA ADALAH TANGGUNG JAWAB KITA!!!

Rabu, 21 Maret 2012

Puting Beliung Rusak Ratusan Rumah Penduduk di Sidrap SUL-SEL

Bencana anging puting beliung yang melanda sebelas kecamatan di kabupaten Sidenreng Rappang senin (19/03/2012) merusak ratusan rumah. Bencana ini mengakibatkan 386 rumah tinggal warga rusak yang tersebar di sebelas kecamatan yaitu, kecamatan Maritenngae, Panca Rijang, Kulo, Baranti, Watang sidenreng, Pitu Riawa, Dua Pitue, Panca Lautang, dan Kecamatan Tellu Limpoe. Rumah yang mengalami kerusakan parah yaitu 220 rumah dan 166 rumah rusak sedang dan ringan. kerusakan banyak terjadi pada bagian atap dan dinding rumah masyarakat.

Berdasarkan Assesment cepat PMI Kab. Sidrap, jumlah korban meninggal yaitu satu orang. Korban meninggal akibat tertimpa dinding dan reruntuhan bangunan rumah. Meski korban sempat dilarikan dan dirawat di rumah sakit Arifin Nu'man, namun nyawa korban tidak dapat terselamatkan. Selain itu juga terdapat seorang korban yang Mengalami Luka yang cukup serius.

Meski akses komunikasi dan jalan mudah dijangkau, namun PMI kab. Sidrap masih sedikit terkendala oleh mobil operasional. Selain itu hal yang sangat dibutuhkan korban saat ini yaitu berupa materil bangunan. Tidak ada pengungsi dalam kejadian ini namun kerugian ditaksir ratusan juta rupiah. PMI telah melakukan posko 24 jam dan bantuan dapat disalurkan melalui posko bencana PMI kab. Sidrap di Markas PMI kab. Sidrap, Jl. Ganggawa, No.36 Kel. Majjelling, Kec. Maritengngae, Kab. Sidenreng Rappang, Prov. Sulawesi Selatan, Pos 91611, Telp./Fax (0421) 90319.